Salah satu keistimewaan Bahasa Jawa adalah dengan penggunaan tingkat tutur, yang sering juga disebut undha usuk, tingkat ujaran, atau speech level.
Unggah-ungguh merupakan tata bahasa yang digunakan menurut kaidah tata krama yang berlaku. Tata krama disini dapat pula diartikan sebagai tata cara berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dalam tingkah laku.
Unggah-ungguh merupakan tata bahasa yang digunakan menurut kaidah tata krama yang berlaku. Tata krama disini dapat pula diartikan sebagai tata cara berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dalam tingkah laku.
Jenis Unggah – ungguh / tata bahasa
Berdasarkan wujud kalimatnya, dibagi atas 3, yaitu basa
ngoko, madya, dan krama.
Menurut Ki Padmasusastra (1899), unggah – ungguh bahasa
terdapat 6 tataran bahasa, yaitu :
Basa
Ngoko
1. Ngoko Lugu
2. Ngoko Andhap :
a.)
Antya Basa
b.) Basa Antya
Basa Krama
Basa Krama
1. Wredha Krama
2. Madya Krama
3. Madyantara
Krama Inggil
Krama Desa
Basa Kedhaton atau Basa Bagongan
Basa Kasar
Krama Inggil
Krama Desa
Basa Kedhaton atau Basa Bagongan
Basa Kasar
Menurut Soepomo Poedjosoedarmo, dkk (1979), unggah-ungguh
basa terbagi dalam :
Krama :
-
Mudha Krama
-
Kramantara (jarang terdengar)
-
Wredha Krama
Madya :
-
Madya Krama
-
Madyantara
-
Madya Ngoko
Ngoko :
-
Basa Antya
-
Antya Basa
-
Ngoko Lugu
Menurut Soedaryanto ( 1987), serta Sri Satriya Tjatur Wisnu
Sasangka (2004), unggah-ungguh basa pada jaman sekarang terbagi atas 4 tataran, yaitu :
1. Ngoko Lugu
2. Ngoko Alus
3. Krama Lugu
4. Krama Alus
-Bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar