Laman

Selasa, 03 Mei 2016

Bahasa dan Sastra Jawa (bagian II)

Salah satu keistimewaan Bahasa Jawa adalah dengan penggunaan tingkat tutur, yang sering juga disebut undha usuk, tingkat ujaran, atau speech level.

Unggah-ungguh merupakan tata bahasa yang digunakan menurut kaidah tata krama yang berlaku. Tata krama disini dapat pula diartikan sebagai tata cara berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dalam tingkah laku.

Jenis Unggah – ungguh / tata bahasa
Berdasarkan wujud kalimatnya, dibagi atas 3, yaitu basa ngoko, madya, dan krama.
Menurut Ki Padmasusastra (1899), unggah – ungguh bahasa terdapat 6 tataran bahasa, yaitu :

Basa Ngoko
1. Ngoko Lugu
2. Ngoko Andhap :
    a.) Antya Basa
    b.) Basa Antya

Basa Krama
1. Wredha Krama
2. Madya Krama
3. Madyantara

Krama Inggil
Krama Desa
Basa Kedhaton atau Basa Bagongan
Basa Kasar

Menurut Soepomo Poedjosoedarmo, dkk (1979), unggah-ungguh basa terbagi dalam :
Krama :
-          Mudha Krama
-          Kramantara (jarang terdengar)
-          Wredha Krama
Madya :
-          Madya Krama
-          Madyantara
-          Madya Ngoko
Ngoko :
-          Basa Antya
-          Antya Basa
-          Ngoko Lugu

Menurut Soedaryanto ( 1987), serta Sri Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2004), unggah-ungguh basa pada jaman sekarang terbagi  atas 4 tataran, yaitu :
1. Ngoko Lugu
2. Ngoko Alus
3. Krama Lugu

4. Krama Alus


                                                           -Bersambung-

Senin, 11 April 2016

Bahasa dan Sastra Jawa (Bagian I)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang didalamnya terdapat keanekaragaman budaya dan bahasa, salah satu yang akan saya tulis adalah tentang bahasa dan sastra Jawa. Pemerintah, institusi pendidikan, keluarga, dan lingkungan sekitar merupakan sarana pembelajaran dan pelestarian bahasa yang cukup efektif, Ada beberapa ulasan mengenai pelestarian bahasa dan budaya daerah, khususnya mengenai bahasa dan budaya Jawa yang seringkali terlupa oleh masyarakat.

Dasar Hukum 

Bahasa dan budaya daerah perlu dilestarikan, adapun dasar hukum yang mengatur tentang pelestarian bahasa dan budaya daerah tertuang pada UUD 1945 Bab XIII pasal 32, yang berisi :

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

berdasarkan undang - undang tersebut, ada baiknya kita bangga sebagai rakyat Indonesia, serta bangga dengan kekayaan budaya daerah kita.

Kedudukan Bahasa Daerah 

Bahasa daerah, perlu dilestarikan sebab memiliki beberapa manfaat, antara lain :

(1) sebagai lambang kebanggan daerah
(2) sebagai lambang identitas (jati diri) daerah
(3) sebagai media komunikasi antar individu, keluarga, serta masyarakat.

Mengapa Perlu Memperlajari Bahasa Daerah ?

ada beberapa sebab mengapa seseorang mempelajari tentang budaya dan bahasa daerah, antara lain :

(1) alasan instrumental : yaitu mempelajari bahasa dengan tujuan untuk menambah ketrampilan dan kecakapan.
(2) alasan integratif : yaitu mempelajari bahasa daerah untuk meneliti tentang ajaran, filsafat, dan pelajaran hidup dari bahasa dan budaya yang inti ajarannya relevan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada masa-masa seperti sekarang yang memasuki era globalisasi, serta kemudahan mengakses informasi dari berbagai belahan dunia, membuat budaya dan bahasa lokal semakin lama-semakin pudar, termasuk tentang tata krama, norma kesusilaan, bahasa, dan sastra daerah.
Peran media komunikasi sangat penting dalam pelestarian budaya dan bahasa daerah, sehingga budaya asli tidak semakin luntur, para generasi muda pun bisa menjadi generasi yang mumpuni, berbudi luhur, memiliki rasa kasih terhadap sesama, dan menjadi pribadi yang tangguh.

Fungsi dan guna mempelajari bahasa dan budaya daerah :
(1) sebagai sarana komunikasi
(2) sebagai sarana edukasi
(3) untuk mempelajari nilai kultural suatu daerah

Mengapa Bahasa Jawa masih tetap lestari?

Beberapa alasan mengapa bahasa dan budaya Jawa masih tetap lestari :

(1) Tradisi budaya dan kesusastraan Jawa telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan Keraton, media lokal serta lembaga pecinta budaya sangat berpengaruh dalam perkembangan budaya dan kesusastraan Jawa. Masih banyaknya koleksi literatur yang dikenal dan  tersimpan baik juga merupakan bukti kelangsungan budaya dan kesusatraan Jawa.

(2) Masih banyaknya pecinta budaya dan bahasa Jawa yang tersebar di berbagai daerah. Mulai dari kalangan generasi lawas, generasi muda, priyayi, akademisi, sastrawan, budayawan, seniman.

(3) Masih banyaknya penutur bahasa Jawa di antara populernya bahasa asing lainnya. Penutur tersebut bukan hanya berasal dari masyarakat nusantara, namun para penutur dari belahan dunia yang lain, misalnya di Suriname, Kaledonia baru, bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao, serta Belanda. Sebagian kecil menyebar ke wilayah Guyana Perancis, Venezuela. Peran tenaga kerja yang hijrah ke suatu tempat pun mempengaruhi diaspora bahasa dan budaya Jawa.

Jangan sampai budaya dan bahasa Jawa semakin lama semakin luntur karena adanya mindset bahwa bahasa Jawa itu rumit, susah, tidak keren, tidak ada gunanya mempelajari bahasa lokal ketimbang bahasa lain. Jangan sampai menjadi "wong Jawa ilang Jawane, ilang lan luntur kapribaden saha jatidirine" (orang Jawa yang kehilangan sifat ke-Jawaannya, hilang dan luntur kepribadian dan jatidirinya).

Hal Kebahasaan
Budaya Jawa mengandung beberapa hal istimewa antara lain masih kentalnya berbagai aspek budaya yang terkait dengan filosofi, masih adanya aksara Jawa, serta tak lupa tentang unsur kebahasaannya, yang terdiri dari bahasa lisan dan tulisan.
Banyak kata-kata dalam bahasa Jawa yang terpengaruh kata-kata dari bahasa asing, misalnya belanda, bahasa timur tengah, serta bahasa Jawa kuna, hal ini tak luput dari segi historis masyarakat Jawa. Misal kata sepur yang berasal dari bahasa Belanda spoor, sreban yang berasal dari bahasa Persia saurban.


Sumber :
Catatan Kuliah Kemahiran Bahasa Jawa I
id.wikipedia,org


                                                  -bersambung-